Bekas Luka
Edisi Harry Potter KW
Oleh : Nuril Islam
Tahun
pelajaran baru kembali di mulai. Semua murid kembali ke sekolah sihir, Hogwarts
begitu pun dengan Harry Potter dan kedua sahabatnya, Hermione Granger dan Ron
Weasley. Bersama mereka bertiga masuk ke dalam asrama mereka.
“Kalian
tahu, liburan musim dingin kemarin Fred dan George membuat penemuan yang
fantastis. Permen karet pengubah wajah.” kata Ron membuka percakapan.
“Yah,
aku sangat percaya tentang hal itu. Tidak ada yang bisa mengalahkan mereka berdua.”
Satu senyum terlukis di wajah Hermione. Diikuti oleh Harry.
Tiba-tiba
Harry merasa pelipis kanannya terbakar. Harry menyentuh bekas luka yang
berbentuk sambaran petir di pelipis kanannya.
“Ah!”
Pekik Harry.
Hermione
dan Ron menatap Harry panik. Mereka tahu, jika rasa sakit yang tiba-tiba
terjadi pada Harry itu bukanlah pertanda baik.
“Kau
baik-baik saja Harry?” tanya Hermione cemas.
“Katakan
sesuatu kawan.” ucap Ron. Ikut cemas.
“Tolong,
bawa aku pergi dari sini.” pinta Harry pada dua sahabatnya.
Tanpa
ba-bi-bu Hermione dan Ron membawa Harry pergi dari asrama Gryffindor. Menyusuri
lorong-lorong yang gelap. Pelipis kanan Harry semakin terasa sakit. Ron
menengok kanan kiri, mengamati sekeliling. Mungkin saja ada penjaga sekolah
sedang berkeliling. Bisa bahaya kalau sampai penjaga itu menemukan mereka
bertiga berkeliaran di luar asrama.
“Ke
mana kita harus membawa Harry, Hermione?” tanya Ron. Suaranya ditelan bekunya
dinding-dinding yang berdiri kokoh di depan mereka.
“Bawa
aku ke aula. Sekarang !” pinta Harry. Ia masih memegangi pelipisnya yang terasa
panas bahkan semakin membakar dirinya.
Lima
menit kemudian, mereka bertiga telah sampai di aula. Di sana, murid-murid dari
Slytherin, Hufflepuff, Ravenclaw dan Gryffindor berkumpul. Sibuk dengan kegiatan
mereka masing-masing. Makan, membaca daily prophet, mencoba mantra baru dan
lainnya. Hermione mencari tempat kosong untuk mereka bertiga.
“Duduklah,
Harry.” Hermione menggeserkan kursi untuk Harry.
“Terima
kasih, Hermione.” Jawab Harry pendek.
“Kau
ingin sesuatu Harry?” tanya Ron.
Harry
mengangguk dan meminta beberapa jenis makanan dan minum pada Ron. Ron
sedikit
terkejut dengan permintaan Harry. Tidak biasanya sahabatnya itu memesan makanan
sangat banyak.
“Baiklah,
Harry. Segera pesananmu akan datang. Ehem ehem.” Ron mengambil ancang-ancang
untuk mengucapkan mantra.
“Kau
yakin Ron? bukan seekor laba-laba kan yang akan kau hidangkan untuk Harry?”
tanya Hermione.
“Tenang
saja Hermione. Aku sudah berlatih sangat keras untuk hal ini.” jawab Ron
percaya diri.
Kemudian
Ron mengayunkan tongkat tuanya di udara sambil terbata mengucapkan sebuah
mantra dan …
Dua
tiga piring makanan dan piala berisi jus labu bermunculan di atas meja. Ron
tersenyum bangga menunjukkan mantra yang berhasil dilakukannya. Menatap Hermione
dengan tajam.
“Ya,
itu hanya kebetulan saja.” jawab Hermione malas. Harry tidak memperdulikan dua
sahabatnya yang memulai pertengkaran harian mereka. Harry tidak sabar untuk
menghabiskan makanan yang terlihat menggodanya. Lahap Harry menghabiskan makanan
itu. Harry benar-benar merasakan lapar yang terpuncak dalam hidupnya.
“Harry,
kau merasa baikan sekarang?” tanya Hermione. Harry meletakkan piring terakhir
di atas meja. Meminum jus labunya dalam sekali teguk.
“Aku
rasa begitu.” jawab Harry santai.
“Kenapa
tiba-tiba keningmu sakit? apakah… dia-yang-namanya-tidak-boleh-disebut sedang
melakukan sesuatu? atau mungkin kau-tahu-siapa berada di sekitar kita
sekarang?” Ron melirik kanan kiri.
“Aku
rasa tidak.” jawab Harry santai.
“Lalu
kenapa keningmu sakit?” tanya Hermione memburu.
“Aku
hanya…merasa lapar. Saat di rumah aku belum sempat makan. Paman Vernon tidak
mengizinkanku untuk menginjak dapur dan menyentuh makanan. Semalaman aku
dikurungnya di kamar. Bisa kalian bayangkan bagaimana tersiksanya aku? Tidak
makan, tidak minum. Apalagi mandi. Dasar Dudley tukang ngadu.”
Hah,
APAAA?!
Hermione
dan Ron saling bertatapan mata. Benarkah apa yang baru saja mereka dengar?
Bekas luka itu…karena Harry merasa lapar? bukan karena merasakan keberadaan
Lord Voldemort???
[
* ]
Kudus, 30 Agustus 2014
Hihihihi
BalasHapusKeren (y)
Masih jelek ini Bang Iyan :(
BalasHapusHaha
BalasHapusBagus mba