Sabtu, 01 November 2014

Catatan : Memories

Memories

Wid, masihkah kau ingat pertemuan pertama kita?
Jika kau lupa, aku dengan senang hati akan menceritakannya untukmu.
Waktu itu, kita sedang dalam masa-masa kenaikan kelas tingkat akhir di SMP. Aku dengan nafas terengah-engah memasuki ruang kelas IX C. Menjamahi seluruh ruangan dengan sekali pandang. Mencari bangku kosong yang mungkin tersisa untukku. Kau tahu, aku sangat lelah. Berlari dari kelasku sebelumnya ke sana.
Dan ya, aku melihat satu bangku kosong. Tepat di sampingmu. Dengan hati lega dan bahagia kuseret kaki lelahku mendekatimu. Menanyakan apakah bangku kosong itu telah ada pemiliknya. Kau menggeleng. Aku sangat lega karena akhirnya aku bisa duduk.
Aku baru sadar tentangmu, Wid. Kau, salah satu siswa dari kelas favorit itu kan?! Kenapa kau malah masuk di kelas ini?
Ya, pergantian kelas tiap tahun terkadang menyebalkan. Memisahkan kita dengan orang terdekat kita. Teman. Sahabat. Tapi tenanglah, jangan sedih. Aku yakin di kelas ini kau akan menemukan teman baru yang mungkin saja lebih menyenangkan dibanding dengan temanmu dulu. Tapi aku tidak janji ya. Hehehe …
Perkenalan itu pun terjadi. Kita saling menjabat tangan dan bercerita tentang diri kita masing-masing. Tak kusangka ternyata kau memiliki teman dekat yang sama denganku. Karena dialah kita menjadi akrab dalam waktu yang lumayan singkat.
Dan masihkah kau ingat saat aku menolak permintaanmu, Wid? Kau meminta bertukar teman sebangku dan spontan aku menggeleng. Menolak permintaanmu itu. Lalu kau hanya diam. Tidak marah atau memakiku. Aku justru takut. Serba salah. Bisa jadi dalam diammu itu kau marah dan benci padaku. Iyakah?
Tapi aku punya alasan kenapa aku menolak permintaanmu itu. Karena kau anak pintar dan aku ingin duduk sebangku dengan anak pintar agar aku juga kecipratan kepintaranmu. Alasan yang konyol bukan? Tapi dalam logikaku membenarkannya.
Selain kau, aku menemukan seorang teman lagi. Si Put. Aku sudah mengenalnya saat di kelas VII dulu. Kami satu kelas dan satu ekstrakuliler. Kami cukup akrab tapi tidak begitu dekat. Baru di kelas IX aku dekat dengan si Put dan kau, Wid.
Aku senang bisa mengenal kalian. Kalian adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Kesamaan prinsip membuat kita selalu kompak.
Bertiga, kita rutin mengunjungi perpustakaan sekolah di jam istirahat sekolah. Tenggelam dengan tumpukan buku. Nah, ini salah satu kesamaan kita. Yaitu jarang jajan. Hohoho …
Kebersamaan dengan kalian tidak akan mungkin bisa aku lupakan. Terlalu indah untuk dilupakan. Kayak lagu ya. Biarin ajalah. Hehehe …
Setelah pengumuman kelulusan SMP, kita membuat keputusan besar. Keputusan untuk mengejar mimpi kita masing-masing yang artinya kita harus berpisah. Hiks hiks hiks. Padahal rencana awalnya, kita melanjutkan di sekolah yang sama tapi …
Ok ok tak apa. Kita masih bisa berkumpul juga kan pada akhirnya. Di teras rumahmu yang rindang setiap minggu atau lebaran tiba. Cukuplah menghapus rindu di hati ini.
Dan lagi-lagi, jarak membuat kita semakin jauh. Wid, kau memilih melanjutkan pendidikan ke Kota Lumpia. Aku ikut senang saat tahu kau diterima  di salah satu Universitas di kota itu. Semoga sukses, kawan.
Memandangi potret kita, sukmaku menjerit. Kehangatan, canda, tawa kita dulu menyesakkan dadaku. Belajar bersama, berbagi tentang hal-hal baru, aku rindukan itu.
Bersamamu aku bisa merasakan hangatnya sebuah persahabatan, kau menularkan virus semangatmu kedalam pembuluh darahku, tanpa pernah terdengar gema keputusasaan disetiap langkahmu dan kita.
Di bawah langit itu, kita, bersama melukis masa depan. Namun waktu membuat jarak antara kita. kini memandangi dunia sendiri. Masih menyimpan harap suatu hari nanti kita memandang langit bersama. Lagi.
 Kudus, 01 November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar