Catatan kamis pagi yang penuh
berkah
Kita tidak pernah tahu bagaimana
cara Tuhan mempertemukan kita dengan kematian. Mungkin akan sangat menyakitkan
hingga air mata tiada henti mengalir dari pelupuk mata namun bisa jadi itu
sangat menyenangkan dan membawa rasa damai dan lega ketika kita berjumpa
dengannya.
Tidak ada yang tahu pasti kapan
kematian itu akan datang. Di mana ketika kematian itu menjemput dan seperti apa
tampang dan keadaan ketika ia menyapa di detik nafas terakhir kita. No one
know, tidak aku, kau atau mereka. Itu mutlak menjadi rahasia Tuhan.
Terkadang terbersit keinginan
untuk menyudahi kehidupan di dunia ini. Ingin segera pergi dari semua hal yang
memusingkan dan menyesakkan dada. Namun ketika keinginan itu telah sampai pada
puncaknya, aku tertegun. Sudahkah aku siap? Apakah bekalku telah cukup? Kurasa
memang bekalku jauh dari cukup.
Selama ini memang aku selalu
mementingkan kehidupan yang nyata di depan mataku tanpa mempedulikan kehidupan
lain, yang kata mereka lebih hakiki dan lebih nikmat. Benarkah? Entahlah, aku
sendiri pun tidak tahu.
Aku terbuai dengan pernak-pernik
dan perhiasaan dunia yang menyilaukan mata dan hati hingga aku benar-benar
alpha. Semua itu sangat menggiurkan, apakah salah jika aku menginginkannya?
Ada yang bilang, untuk
mendapatkan keindahan dunia dan kenikmatan akhirat harus menggunakan ilmu.
Dengan ilmu semua bisa didapatkan. Tapi eh tapi harus diseimbangkan dengan
keimanan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Keseimbangan akan menciptakan
keselarasan dalam hidup.
Sering aku bertanya pada diriku
sendiri. Kehidupan macam apa yang ingin aku jalani? Kisah seperti apa yang
ingin aku lakoni? Pertanyaan demi pertanyaan itu sangat menggangguku. Membuatku
tidak jenak.
Semakin aku bertanya semakin
tidak kutemukan jawaban. Dunia seakan acuh pada kegelisahanku. Atau mungkin ia
juga sama gelisahnya sepertiku? Ya mungkin saja.
Lihatlah, betapa dunia semakin
semrawut, tidak beraturan. Alam semakin bertambah tua dan manusia semakin
berulah dengan ide-ide gilanya yang mereka cetuskan demi hanya dan untuk kepentingan
mereka sendiri. Manusia lupa bahwa mereka tidak hidup sendiri. Ada makhluk lain
di dunia ini. Tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dan hewan yang punya hak untuk
melangsungkan hidup sama seperti manusia tapi kenapa manusia begitu egois dan
selalu ingin menang sendiri? Semakin jelaslah sifat dasar manusia itu, serakah.
Astaghfirullah …
"Tidak Kuciptakan manusia
dan jin selain hanya untuk beribadah kepada-Ku."
Kalimat kalam itu membuatku
tersadar akan tujuan hidupku. Yakni beribadah hanya kepada-Nya. Dia yang
menguasai langit, bumi dan apa yang ada
diantara keduanya.
Tuhan, aku tahu bahwa aku
bukanlah manusia yang sempurna. Aku sering dan selalu melakukan dosa kecil
maupun besar. Namun aku tahu Tuhan, bahwa sifat Rahiim-Mu jauh lebih besar
dibanding benci-Mu kepadaku, hamba-Mu yang penuh dengan lumpur dosa.
Tuhan, aku tahu jika aku masih
sering dan selalu menyalahi aturan yang Kau buat. Namun sifat Ghofur-Mu yang
tidak terhinggalah membuatku selalu berprasangka baik bahwa Kau akan membukakan
pintu maaf-Mu untukku.
Tuhan, bimbinglah langkahku.
Tuntunlah jalanku. Agar aku selalu berada dalam rahmat dan lindungan-Mu. Tidak
ada hal yang amat aku inginkan selain meminta cinta tulus dari-Mu Tuhan.
Wahai Tuhanku, berikanlah
kepadaku kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat serta selamatkanlah aku
dari siksa api neraka yang menyala-nyala. Aamiin.
Kudus, 23 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar