Kisah Raja Semut dan Kawanan Panda
Oleh : Nuril Islam
Pada zaman dahulu, hiduplah seekor raja
semut. Sang raja semut itu sangat bijaksana dan juga cerdik. Para semut sangat
hormat dan patuh padanya. Tak pernah sekalipun mereka menentang perintah dari sang
raja semut.
Kelompok semut itu tinggal di sebuah ladang.
Di ladang itu tumbuh pohon tebu yang sangat banyak dan juga lebat. Dan sesuatu
kebetulan yang mengasyikkan untuk kelompok semut itu. Mereka yang memang sangat
menyukai sesuatu yang manis merasa sangat beruntung bisa tinggal di ladang itu.
Setiap hari, para semut bergotong royong
untuk mencari makan. Mereka saling membantu, saling bekerja sama, tanpa ada
rasa iri dan juga membanggakan diri. Mereka adalah satu tim yang sangat solid.
Pagi itu, sang raja semut tengah berkeliling di
ladang. Mengamati para pekerja yang sedang mengangkut makanan ke gudang makanan
milik mereka. Sayup-sayup terdengar suara nyanyian yang merdu. Karena penasaran
sang raja pun mendekati asal suara itu. Saat berada dekat dari suara itu, sang
raja tersenyum senang. Segerombolan semut sedang bernyanyi riang dengan tangan
dan kaki mereka yang terus bekerja. Wajah mereka terlihat sangat gembira, tanpa
beban dan juga rasa letih.
"Kerja, kerja, ayo kita kerja …"
Begitulah kira-kira lagu yang dinyanyikan
gerombolan semut itu.
Sang raja semut kemudian pergi meninggalkan
mereka. Berkeliling lagi.
"Hmmm, betapa indahnya pagi ini.
Matahari bersinar hangat, burung-burung berkicau di atas ranting pohon,"
ucap sang raja takjub. Kembali sang raja melangkahkan kakinya menyusuri ladang
tebu yang luas.
Sudah menjadi kebiasaan, kalau setiap harinya
sang raja mengitari ladang tebu itu. Dari pagi hingga petang menjelang. Untuk
memastikan keadaan sekitar. Mungkin saja ada binatang buas yang ingin masuk ke
dalam wilayah kekuasaannya.
"Semuanya aman. Ah, lebih baik aku
kembali ke sarang."
Baru beberapa sang raja melangkah, ia
mendengar sesuatu bergerak di kejauhan.
"Apa itu?" tanya sang raja.
Berhati-hati sang raja mendekati rimbunan
pohon tebu yang menjulang tinggi. Muncullah beberapa ekor semut melompat-lompat
di atas daun tebu. Satu suara memanggilnya.
"Raja! Raja!"
"Gawat Raja. Kita mendapat masalah
besar." Seekor semut bertubuh tambun tergopoh mendekati sang raja.
"Ada apa?" sang raja bertanya
dengan nada cemas. Pasti ada sesuatu yang penting sehingga mereka datang
menemuinya.
"Gawat Raja. Sarang kita terancam
hancur."
"APA?!" Pekik sang raja semut tidak
tidak percaya. Bagaimana bisa sarang-sarangnya bisa hancur? Siapa yang
melakukannya?
Dengan nafas terengah-engah semut-semut itu
menceritakan kejadian yang menimpa sarang mereka.
"Benar Raja, para panda itu
menghancurkan sarang rumah kami dan juga memakan semua tebu yang ada di sana,"
terang salah satu semut yang bertubuh lebih kurus dari yang lain.
Mereka bersama sang raja bergegas ke tempat
para panda itu berada. Sang raja bertanya dalam hatinya, apa yang membuat para
panda itu masuk ke dalam wilayahku? Apa yang sebenarnya terjadi?
Sampailah sang raja dan pasukan semut di
sana. Keadaan sangat kacau. Carut marut. Batang-batang pohon tebu
bergelimpangan di tanah. Sarang-sarang para semut beberapa telah hancur.
Terlihat semut-semut lari pontang panting menyelamatkan diri dan juga
keluarganya.
"Aku tidak bisa diam saja melihat ini.
Aku harus berbicara dengan pemimpin dari panda-panda itu," kata sang raja semut
geram.
Sebelum pergi, sang raja berpesan kepada para
prajuritnya untuk membawa para semut ke tempat yang lebih aman. Setelah
memastikan rakyat semut telah aman, pergilah sang raja semut menemui pemimpin
panda.
"Hei, kau. Berhenti! Berhenti!"
Sang raja berteriak keras sekali memanggil
pemimpin panda, namun yang dipanggil tidak mengindahkan kata-kata sang raja.
"Huh, kau meremehkanku ya. Baiklah, jika
itu maumu."
Sang raja semut melompat dan merayap di kaki
sang panda. Bersiap untuk menggigit.
"Rasakan ini!"
Jleb!
"Auuuw!" Si Ketua panda itu pun
berteriak histeris. Raungannya yang keras membuat panda lain datang
mengerubuninya.
"Ada apa, Ketua?" tanya salah satu
panda.
"Ada yang menggigit kulit kakiku."
Panda itu melongok melihat kakinya yang
berdenyut. Di sana seekor semut memakai mahkota daun di kepalanya, tersenyum
lebar.
"Kau rupanya. Kenapa kau
menggigitku?" tanya si Ketua.
"Salah siapa? Aku dari tadi memanggilmu
tapi kau tidak dengar. Hah, aku minta kau dan anggotamu itu pergi dari sini.
Ini adalah wilayah kami. Para semut." Perintah sang raja semut. Menatap
tajam kepada si Ketua.
"Hahaha … Kenapa juga aku harus
mendengarkan ucapanmu? Kau itu siapa? Raja hutan? Hahaha …"
"Kalau kau tidak mau pergi dari sini,
jangan salahkan aku jika para pasukan semut akan datang melawan kalian semua
dan kupastikan kalian akan kalah. Dengarkan itu!" Kecam sang raja semut.
"Kau? Mau melawan aku? Hahaha. Lihatlah
dirimu semut. Kau itu hanya binatang yang kecil dan juga lemah. Tidak mungkin
bisa melawan kami yang besar dan kuat."
"Awas saja. Aku akan kembali bersama
pasukanku."
Sang raja berlalu dengan perasaan marah.
Sedang kawanan panda itu tertawa lepas melihat sang raja semut. Bagaimana bisa
binatang besar seperti panda akan dikalahkan dengan semut? Tidak akan mungkin.
"Mari kita lanjutkan makan. Habiskan
semuanya. Hahaha," seru si Ketua pada anggotanya. Para panda berseru
senang dan kembali larut dengan makanan mereka.
Sementara di tempat persembunyian semut, sang
raja menggelar rapat penting bersama dengan prajurit-prajuritnya yang setia.
Mereka sedang mengatur strategi untuk mengusir kawanan panda itu dari wilayah
mereka.
"Kita kalah kuat, Raja. Mereka binatang
yang besar. Sudah pasti kita akan kalah," keluh salah satu prajurit.
"Aku yakin kita pasti bisa mengalahkan
mereka. Meski mereka bertubuh besar bukan berarti mereka bisa bersikap
seenaknya pada kita. Nah, aku punya rencana."
Satu ide brilian pun muncul dari otak sang
raja. Sang raja sangat yakin kalau rencananya ini akan berhasil.
"Sekarang, kumpulkan para semut jantan.
Kumpulkan mereka semua di sini." Perintah sang raja.
Para prajurit pun bergegas melaksanakan
perintah dari rajanya itu. Tidak butuh waktu lama, para semut jantan telah
berkumpul di sarang sang raja.
"Aku kumpulkan kalian di sini tidak lain
tidak bukan untuk mengusir kawanan panda yang telah masuk tanpa izin ke dalam
wilayah kita. Bersama kita pasti bisa melakukannya."
Dipimpin sang raja, pasukan semut itu menuju
ke tempat kawanan panda itu berada. Kawanan panda itu tidak menyadari ada
bahaya yang mengintai mereka. Mereka terus asyik melahap makanan. Sang raja
memberi kode kepada para prajuritnya untuk mengambil posisi. Sekejap barisan
semut itu berlari menuju kawanan panda yang tengah asyik makan. Membentuk
lingkaran di kaki para panda.
"Tunggu aba-aba dariku!" Seru sang
raja.
Sang raja pun merayap ke kaki si Ketua panda.
"Sekarang kau rasakan pembalasan dari
kami," batin sang raja semut.
Sebelum penyerangan, sang raja memastikan
prajuritnya telah berada di posisi.
"Satu! Duaa! … Serang!" Seru sang
raja dengan lantang. Serempak prajurit semut itu pun menggigit kaki kawanan
panda yang asyik makan.
Bruk! Bruk! Bruk!
Satu persatu kawanan panda itu terjatuh dan
saling bertabrakan dengan kawannya sendiri. Sambil memegang kaki mereka yang
sakit.
"Auuuw!" Pekik kawanan panda itu
seperti sebuah koor.
Si Ketua panda kebingungan melihat anggotanya
yang berjatuhan dan mengerang kesakitan. Sebelum si Ketua menyadari apa yang
terjadi, sang raja semut seketika menggigit dalam-dalam kulit kaki si Ketua.
Seperti yang lain, si Ketua panda terjerembab di atas tumpukan daun tebu.
"Sudah aku bilang kan?! Kalau aku akan
kembali dengan pasukanku. Sekarang apakah kalian masih berani pada kami?"
tanya sang raja semut. Mendekati si Ketua yang terguling-guling.
"Semut? Kau …?"
"Ya, aku kembali. Sekarang aku minta kau
dan anggotamu pergi dari sini. Pergi dari wilayah kami." Sang raja menatap
si Ketua tajam. Mata mereka pun saling beradu.
"Pergi! Pergi! Pergi! …" Seru para
prajurit semut serempak.
"Semut, maafkan kami. Jangan usir kami.
Kami tidak punya tempat tinggal. Izinkanlah kami untuk tinggal di sini,"
pinta si Ketua panda. Wajahnya berubah memelas.
"Kalian tidak punya tempat tinggal?
Bagaimana bisa?" Sang raja semut terheran.
"Benar semut. Kami tidak lagi punya
tempat tinggal. Manusia telah merusak rumah kami. Membakar rumah kami dan
membunuh keluarga kami secara sadis. Kami berusaha melawan, namun kekuatan
mereka jauh lebih besar dan akhirnya kami memutuskan untuk mengungsi.
Berbulan-bulan kami terus berjalan menyusuri hutan dan sungai, demi mencari
tempat tinggal baru. Hingga pada akhirnya aku melihat ladang tebu ini.
Tolonglah kami semut," terang si Ketua.
Sang raja semut tertegun dan terkejut
mendengar cerita si Ketua panda itu. Tidak disangka kawanan panda itu melewati
masa yang sangat sulit. Hati sang raja semut yang tadinya mengeras seperti batu
perlahan melunak setelah mendengar pengakuan tidak terduga dari si Ketua panda.
"Baiklah, aku akan mendiskusikannya
dengan para semut."
Sang raja semut pun pergi dan mengumpulkan
para semut.
"Bagaimana menurut kalian? Apakah kita
izinkan kawanan panda itu hidup bersama kita di ladang tebu ini?" tanya sang
raja. Memandang wajah para semut. Meminta pendapat.
"Saya tidak setuju, Raja. Bisa saja
mereka mengarang cerita itu," kata salah satu semut.
Ya, bisa jadi. "Yang lain?" tanya sang raja semut
lagi.
"Kami serahkan semua keputusan padamu, Raja.
Karena kami yakin Raja pasti bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk
kami."
Para semut kemudian terdiam. Larut dengan
pikirannya masing-masing. Begitu pun dengan sang raja semut. Pilihan yang
sangat sulit.
"Baiklah. Keputusan sudah aku ambil.
Semoga ini yang terbaik," batin sang raja semut.
Bersama salah satu prajuritnya, sang raja
semut menemui si Ketua panda. Wajah para panda itu sangat tegang. Mereka
berharap sang raja semut menerima mereka tinggal di ladang ini.
"Ehem ehem. Setelah berdiskusi dengan
para semut, aku memutuskan … kalian boleh tinggal di sini."
Kawanan panda itu pun terlonjak gembira
mendengar keputusan sang raja semut.
"Terima kasih semut," kata si
Ketua.
"Tapi dengan syarat. Kalian tidak boleh
melewati batas wilayah. Aku akan meminta prajuritku untuk menemani kalian, menunjukkan
wilayah mana yang boleh kalian tempati."
Si Ketua panda mengangguk setuju dengan
keputusan sang raja semut. Tidak disangka, semut yang telah ia hina dan
remehkan ternyata sangat baik padanya dan juga anggotanya. Tiba-tiba si Ketua
panda merasa bersalah pada sang raja semut.
"Eh, semut. Aku meminta maaf atas
perkataanku tempo hari. Tidak seharusnya aku mengatakan kalimat yang menyakiti
hatimu. Maafkan aku semut," kata si Ketua penuh sesal.
"Sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu.
Dan ingat, jangan remehkan kami. Para prajurit semut yang tangguh."
Sang raja semut dan si Ketua panda pun
tertawa bersama.
Sejak hari itu, para semut dan kawanan panda
hidup berdampingan dengan damai dan bahagia.
*** TAMAT ***
Kudus, 24 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar