Jumat, 24 Oktober 2014

Cerita Anak : Kisah Raja Semut dan Kawanan Panda



Kisah Raja Semut dan Kawanan Panda
Oleh : Nuril Islam

Pada zaman dahulu, hiduplah seekor raja semut. Sang raja semut itu sangat bijaksana dan juga cerdik. Para semut sangat hormat dan patuh padanya. Tak pernah sekalipun mereka menentang perintah dari sang raja semut.
Kelompok semut itu tinggal di sebuah ladang. Di ladang itu tumbuh pohon tebu yang sangat banyak dan juga lebat. Dan sesuatu kebetulan yang mengasyikkan untuk kelompok semut itu. Mereka yang memang sangat menyukai sesuatu yang manis merasa sangat beruntung bisa tinggal di ladang itu.
Setiap hari, para semut bergotong royong untuk mencari makan. Mereka saling membantu, saling bekerja sama, tanpa ada rasa iri dan juga membanggakan diri. Mereka adalah satu tim yang sangat solid.
Pagi itu, sang raja semut tengah berkeliling di ladang. Mengamati para pekerja yang sedang mengangkut makanan ke gudang makanan milik mereka. Sayup-sayup terdengar suara nyanyian yang merdu. Karena penasaran sang raja pun mendekati asal suara itu. Saat berada dekat dari suara itu, sang raja tersenyum senang. Segerombolan semut sedang bernyanyi riang dengan tangan dan kaki mereka yang terus bekerja. Wajah mereka terlihat sangat gembira, tanpa beban dan juga rasa letih.
"Kerja, kerja, ayo kita kerja …"
Begitulah kira-kira lagu yang dinyanyikan gerombolan semut itu.
Sang raja semut kemudian pergi meninggalkan mereka. Berkeliling lagi.
"Hmmm, betapa indahnya pagi ini. Matahari bersinar hangat, burung-burung berkicau di atas ranting pohon," ucap sang raja takjub. Kembali sang raja melangkahkan kakinya menyusuri ladang tebu yang luas.
Sudah menjadi kebiasaan, kalau setiap harinya sang raja mengitari ladang tebu itu. Dari pagi hingga petang menjelang. Untuk memastikan keadaan sekitar. Mungkin saja ada binatang buas yang ingin masuk ke dalam wilayah kekuasaannya.
"Semuanya aman. Ah, lebih baik aku kembali ke sarang."
Baru beberapa sang raja melangkah, ia mendengar sesuatu bergerak di kejauhan.
"Apa itu?" tanya sang raja.
Berhati-hati sang raja mendekati rimbunan pohon tebu yang menjulang tinggi. Muncullah beberapa ekor semut melompat-lompat di atas daun tebu. Satu suara memanggilnya. 
"Raja! Raja!"
"Gawat Raja. Kita mendapat masalah besar." Seekor semut bertubuh tambun tergopoh mendekati sang raja.
"Ada apa?" sang raja bertanya dengan nada cemas. Pasti ada sesuatu yang penting sehingga mereka datang menemuinya.
"Gawat Raja. Sarang kita terancam hancur."
"APA?!" Pekik sang raja semut tidak tidak percaya. Bagaimana bisa sarang-sarangnya bisa hancur? Siapa yang melakukannya?
Dengan nafas terengah-engah semut-semut itu menceritakan kejadian yang menimpa sarang mereka.
"Benar Raja, para panda itu menghancurkan sarang rumah kami dan juga memakan semua tebu yang ada di sana," terang salah satu semut yang bertubuh lebih kurus dari yang lain.
Mereka bersama sang raja bergegas ke tempat para panda itu berada. Sang raja bertanya dalam hatinya, apa yang membuat para panda itu masuk ke dalam wilayahku? Apa yang sebenarnya terjadi?
Sampailah sang raja dan pasukan semut di sana. Keadaan sangat kacau. Carut marut. Batang-batang pohon tebu bergelimpangan di tanah. Sarang-sarang para semut beberapa telah hancur. Terlihat semut-semut lari pontang panting menyelamatkan diri dan juga keluarganya.
"Aku tidak bisa diam saja melihat ini. Aku harus berbicara dengan pemimpin dari panda-panda itu," kata sang raja semut geram.
Sebelum pergi, sang raja berpesan kepada para prajuritnya untuk membawa para semut ke tempat yang lebih aman. Setelah memastikan rakyat semut telah aman, pergilah sang raja semut menemui pemimpin panda.
"Hei, kau. Berhenti! Berhenti!"
Sang raja berteriak keras sekali memanggil pemimpin panda, namun yang dipanggil tidak mengindahkan kata-kata sang raja.
"Huh, kau meremehkanku ya. Baiklah, jika itu maumu."
Sang raja semut melompat dan merayap di kaki sang panda. Bersiap untuk menggigit.
"Rasakan ini!"
Jleb!
"Auuuw!" Si Ketua panda itu pun berteriak histeris. Raungannya yang keras membuat panda lain datang mengerubuninya.
"Ada apa, Ketua?" tanya salah satu panda.
"Ada yang menggigit kulit kakiku."
Panda itu melongok melihat kakinya yang berdenyut. Di sana seekor semut memakai mahkota daun di kepalanya, tersenyum lebar.
"Kau rupanya. Kenapa kau menggigitku?" tanya si Ketua.
"Salah siapa? Aku dari tadi memanggilmu tapi kau tidak dengar. Hah, aku minta kau dan anggotamu itu pergi dari sini. Ini adalah wilayah kami. Para semut." Perintah sang raja semut. Menatap tajam kepada si Ketua.
"Hahaha … Kenapa juga aku harus mendengarkan ucapanmu? Kau itu siapa? Raja hutan? Hahaha …"
"Kalau kau tidak mau pergi dari sini, jangan salahkan aku jika para pasukan semut akan datang melawan kalian semua dan kupastikan kalian akan kalah. Dengarkan itu!" Kecam sang raja semut.
"Kau? Mau melawan aku? Hahaha. Lihatlah dirimu semut. Kau itu hanya binatang yang kecil dan juga lemah. Tidak mungkin bisa melawan kami yang besar dan kuat."
"Awas saja. Aku akan kembali bersama pasukanku."
Sang raja berlalu dengan perasaan marah. Sedang kawanan panda itu tertawa lepas melihat sang raja semut. Bagaimana bisa binatang besar seperti panda akan dikalahkan dengan semut? Tidak akan mungkin.
"Mari kita lanjutkan makan. Habiskan semuanya. Hahaha," seru si Ketua pada anggotanya. Para panda berseru senang dan kembali larut dengan makanan mereka.
Sementara di tempat persembunyian semut, sang raja menggelar rapat penting bersama dengan prajurit-prajuritnya yang setia. Mereka sedang mengatur strategi untuk mengusir kawanan panda itu dari wilayah mereka.
"Kita kalah kuat, Raja. Mereka binatang yang besar. Sudah pasti kita akan kalah," keluh salah satu prajurit.
"Aku yakin kita pasti bisa mengalahkan mereka. Meski mereka bertubuh besar bukan berarti mereka bisa bersikap seenaknya pada kita. Nah, aku punya rencana."
Satu ide brilian pun muncul dari otak sang raja. Sang raja sangat yakin kalau rencananya ini akan berhasil.
"Sekarang, kumpulkan para semut jantan. Kumpulkan mereka semua di sini." Perintah sang raja.
Para prajurit pun bergegas melaksanakan perintah dari rajanya itu. Tidak butuh waktu lama, para semut jantan telah berkumpul di sarang sang raja.
"Aku kumpulkan kalian di sini tidak lain tidak bukan untuk mengusir kawanan panda yang telah masuk tanpa izin ke dalam wilayah kita. Bersama kita pasti bisa melakukannya."
Dipimpin sang raja, pasukan semut itu menuju ke tempat kawanan panda itu berada. Kawanan panda itu tidak menyadari ada bahaya yang mengintai mereka. Mereka terus asyik melahap makanan. Sang raja memberi kode kepada para prajuritnya untuk mengambil posisi. Sekejap barisan semut itu berlari menuju kawanan panda yang tengah asyik makan. Membentuk lingkaran di kaki para panda.
"Tunggu aba-aba dariku!" Seru sang raja.
Sang raja pun merayap ke kaki si Ketua panda.
"Sekarang kau rasakan pembalasan dari kami," batin sang raja semut.
Sebelum penyerangan, sang raja memastikan prajuritnya telah berada di posisi.
"Satu! Duaa! … Serang!" Seru sang raja dengan lantang. Serempak prajurit semut itu pun menggigit kaki kawanan panda yang asyik makan.
Bruk! Bruk! Bruk!
Satu persatu kawanan panda itu terjatuh dan saling bertabrakan dengan kawannya sendiri. Sambil memegang kaki mereka yang sakit.
"Auuuw!" Pekik kawanan panda itu seperti sebuah koor.
Si Ketua panda kebingungan melihat anggotanya yang berjatuhan dan mengerang kesakitan. Sebelum si Ketua menyadari apa yang terjadi, sang raja semut seketika menggigit dalam-dalam kulit kaki si Ketua. Seperti yang lain, si Ketua panda terjerembab di atas tumpukan daun tebu.
"Sudah aku bilang kan?! Kalau aku akan kembali dengan pasukanku. Sekarang apakah kalian masih berani pada kami?" tanya sang raja semut. Mendekati si Ketua yang terguling-guling.
"Semut? Kau …?"
"Ya, aku kembali. Sekarang aku minta kau dan anggotamu pergi dari sini. Pergi dari wilayah kami." Sang raja menatap si Ketua tajam. Mata mereka pun saling beradu.
"Pergi! Pergi! Pergi! …" Seru para prajurit semut serempak.
"Semut, maafkan kami. Jangan usir kami. Kami tidak punya tempat tinggal. Izinkanlah kami untuk tinggal di sini," pinta si Ketua panda. Wajahnya berubah memelas.
"Kalian tidak punya tempat tinggal? Bagaimana bisa?" Sang raja semut terheran.
"Benar semut. Kami tidak lagi punya tempat tinggal. Manusia telah merusak rumah kami. Membakar rumah kami dan membunuh keluarga kami secara sadis. Kami berusaha melawan, namun kekuatan mereka jauh lebih besar dan akhirnya kami memutuskan untuk mengungsi. Berbulan-bulan kami terus berjalan menyusuri hutan dan sungai, demi mencari tempat tinggal baru. Hingga pada akhirnya aku melihat ladang tebu ini. Tolonglah kami semut," terang si Ketua.
Sang raja semut tertegun dan terkejut mendengar cerita si Ketua panda itu. Tidak disangka kawanan panda itu melewati masa yang sangat sulit. Hati sang raja semut yang tadinya mengeras seperti batu perlahan melunak setelah mendengar pengakuan tidak terduga dari si Ketua panda.
"Baiklah, aku akan mendiskusikannya dengan para semut."
Sang raja semut pun pergi dan mengumpulkan para semut.
"Bagaimana menurut kalian? Apakah kita izinkan kawanan panda itu hidup bersama kita di ladang tebu ini?" tanya sang raja. Memandang wajah para semut. Meminta pendapat.
"Saya tidak setuju, Raja. Bisa saja mereka mengarang cerita itu," kata salah satu semut.
Ya, bisa jadi.  "Yang lain?" tanya sang raja semut lagi.
"Kami serahkan semua keputusan padamu, Raja. Karena kami yakin Raja pasti bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk kami."
Para semut kemudian terdiam. Larut dengan pikirannya masing-masing. Begitu pun dengan sang raja semut. Pilihan yang sangat sulit.
"Baiklah. Keputusan sudah aku ambil. Semoga ini yang terbaik," batin sang raja semut.
Bersama salah satu prajuritnya, sang raja semut menemui si Ketua panda. Wajah para panda itu sangat tegang. Mereka berharap sang raja semut menerima mereka tinggal di ladang ini.
"Ehem ehem. Setelah berdiskusi dengan para semut, aku memutuskan … kalian boleh tinggal di sini."
Kawanan panda itu pun terlonjak gembira mendengar keputusan sang raja semut.
"Terima kasih semut," kata si Ketua.
"Tapi dengan syarat. Kalian tidak boleh melewati batas wilayah. Aku akan meminta prajuritku untuk menemani kalian, menunjukkan wilayah mana yang boleh kalian tempati."
Si Ketua panda mengangguk setuju dengan keputusan sang raja semut. Tidak disangka, semut yang telah ia hina dan remehkan ternyata sangat baik padanya dan juga anggotanya. Tiba-tiba si Ketua panda merasa bersalah pada sang raja semut.
"Eh, semut. Aku meminta maaf atas perkataanku tempo hari. Tidak seharusnya aku mengatakan kalimat yang menyakiti hatimu. Maafkan aku semut," kata si Ketua penuh sesal.
"Sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Dan ingat, jangan remehkan kami. Para prajurit semut yang tangguh."
Sang raja semut dan si Ketua panda pun tertawa bersama.
Sejak hari itu, para semut dan kawanan panda hidup berdampingan dengan damai dan bahagia.
*** TAMAT ***

   

Kudus, 24 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar