Minggu, 17 Agustus 2014

Goresan Tak Berjejak



TUJUH BELAS AGUSTUS

Jam berapa sih nih, gumamku. Aku meraih handphone-ku yang tergeletak di atas meja. Pukul 06.00. Sudah pagi ternyata. Segera kulangkahkan kaki keluar kamar. Mataku menyibak seluruh ruangan. Sepi.
Pada ke mana? Dahiku berlipat saling merapat. Aku melangkah menuju dapur. Kudapati di sana Ibuku sedang sibuk memasak. Lalu aku melangkah lagi menuju kamar adik-adikku. Si Mia, adik ketigaku sedang merapikan seragam merah putihnya.
“Mau ke mana? ini hari minggu kan? masih masuk sekolah?” tanyaku heran. Dahiku masih merapat.
“Upacara kak. Kan hari ini tujuh belas Agustus.” jawab Mia datar.
Eh, hari ini tujuh belas Agustus ya? Tepat enam puluh sembilan tahun yang lalu, Indonesia, tanah airku menikmati kemerdekaannya. Bagaimana bisa aku lupa. Empat tahun nggak sekolah aku jadi nggak lagi peka dengan perayaan di negaraku. Aku menepuk jidatku yang cukup lebar. Penyakit lupaku semakin hari semakin parah saja. Waduuuh.
Upacara tujuh belasan. Empat tahun yang lalu aku terakhir mengikuti upacara bendera. Aku kangen deh. Berdiri di atas rumput yang menghijau, siswa-siswi yang berbaris rapi, guru-guru, petugas upacara, pengibaran bendera, paduan suara. Pengen lagi. Ups! ya sih, berdiri di lapangan itu bikin pegel, capeknya itu di sini (nunjuk kaki) tapi suasana upacara itu salah satu momen yang tidak bisa aku lupakan. Unforgettable experiense to me.
Tujuh belasan itu identik dengan lomba-lomba. Waktu aku masih kecil, aku sering mengikuti perlombaan tujuh belasan. Mulai dari masukin pensil ke dalam botol, lomba masukin benang ke dalam jarum, lomba makan kerupuk, lomba kelereng. Seru banget. Deg-degan dan juga seneng kalau bisa menang. Meski aku selalu saja kalah. Nasib, nasib. Hemmm.
Setiap lomba itu seperti perjuangan para pejuang kemerdekaan dalam mewujudkan Indonesia Merdeka dan menang saat lomba itu seperti rasa puas para pejuang saat mendapatkan kemerdekaan untuk Tanah Air Indonesia. Benar begitu?
Kalau pejuang zaman dulu menggunakan rambu runcing, senapan untuk membela tanah air kalau sekarang masihkah seperti itu? sebentar aku bayangin dulu ye. Misalkan saja aku membawa senapan di tengah jalan dengan wajah dicorat-coret dan mengenakan pakaian seperti tentara, gimana ya? aku malah lebih mirip orang setengah waras yang biasa berkeliaran di pinggir jalan dibanding sebagai seorang pejuang. Ya iyalah. Sudah tidak zamannya membela negara dengan mengangkat senjata. Lalu dengan apa? bingung sendiri mau nanya sapa siapa. Soalnya aku lagi sendiri. Nggak ada seorangpun di sampingku, di depanku, apalagi di belakangku. Angin aja nggak lewat apa lagi manusia. Salah-salah makhluk dari alam lain yang menjawab. Hiiii, sey(r)em. Kabuuuur…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar