Senin, 11 Agustus 2014

Cernak "Peri Gigi"



Peri gigi
oleh : Nuril Islam
Jhoni suka sekali dengan permen. Setiap hari dia selalu membawa sekantong permen di dalam tas sekolahnya. Selain permen, Jhoni juga suka dengan gulali, kue dan coklat. Mulut Jhoni tak pernah berhenti mengunyah makanan manis itu. Pipi Jhoni sudah seperti bakpao. Ibu Jhoni selalu mengingatkan agar Jhoni tidak makan manis-manis terlalu banyak. Tapi Jhoni masih tetap saja memakannya. Sampai suatu hari, Jhoni merasa ada yang aneh dengan giginya. Jhoni bercermin. Melihat giginya. Ada lubang di gigi Jhoni. Lubang yang sangat besar. Jhoni berfikir, kenapa ada lubang digiginya? Jhoni menemui ibunya dan menunjukkan lubang di giginya itu.
“ Oh John, gigimu berlubang. Kita harus ke dokter gigi besok. ” Ucap ibu Jhoni. Jhoni menggeleng. Jhoni tidak mau ke dokter gigi. Jhoni takut. Jhoni tidak mau. Jhoni berlari keluar rumah. Mengabaikan ibunya yang terus memanggil namanya.
“ Aku tidak mau, aku tidak mau. ” Jhoni terus berteriak. Jhoni terus berlari. Hari mulai gelap. Matahari perlahan tenggelam di kaki langit. Meninggalkan semburat jingga. Jhoni berhenti di tepi sungai. Jhoni memandang sekeliling. Sunyi. Tak ada seorangpun di sana. Jhoni meringis, menahan sakit digiginya. Seekor katak hijau mendekati Jhoni.
“ Sedang apa kamu di sini? ” tanya katak hijau itu. Jhoni terkejut. Baru kali ini ia bertemu dengan katak yang bisa bicara. Ragu-ragu Jhoni menjawab.
“ Kenapa kamu kabur dari rumah? ” tanya katak hijau itu lagi.
“ Aku…aku takut dokter gigi. Aku tidak mau. ” Jhoni menunjukkan lubang digiginya. Si katak mengangguk paham.
“ Sebaiknya kamu menemui peri gigi. Dia pasti bisa membantumu. ”
“ Peri gigi? ”
“ Ya, peri gigi. Kamu tidak tahu? ” Jhoni menggeleng. Jhoni tidak pernah mendengar tentang peri gigi yang dimaksud si katak. Kemudian si katak mengajak Jhoni menemui peri gigi.
“ Peri gigi tinggal di tengah hutan. Aku akan mengantarmu. Jangan khawatir, peri gigi tidak menyeramkan seperti dokter gigi. ” si katak berkata asal saat melihat wajah Jhoni yang ketakutan. Si katak melompat lompat di atas bebatuan di depan Jhoni. Menyusuri jalan setapak yang gelap. Hutan terlihat gelap hanya cahaya bulan yang menjadi satu-satunya penerangan. Jhoni menyisir setiap sisi hutan, memasang telinga. Sekali dua Jhoni mendengar suara raungan binatang buas dari kejauhan. Jhoni mulai ketakutan.
“ Katak apakah masih jauh? ” Jhoni bertanya pada si katak. Berbisik pelan. Menahan sakit digiginya.
“ Kita sudah sampai. Itu rumah peri gigi. ” Si katak melompat mendekati rumah peri gigi. Jhoni berjalan mendekati si katak. Memandangi rumah tua di depannya. Saat itulah seseorang keluar dari dalam rumah. Seorang kakek tua tertubuh tambum. Sebuah senyum merekah dibibir tuanya.
“ Ah, kalian sudah sampai. Ayo lekas masuk. ” Kakek tua itu mempersilakan si katak dan Jhoni masuk. Ruang tamu yang nyaman. Beberapa pernak pernik menghiasi dinding.
“ Kau mau minum segelas coklat panas, nak? ” Kakek tua itu menawari Jhoni. Jhoni menggeleng. Ia masih memegang pipi tembemnya yang membengkak. Bagaimana mungkin Jhoni menikmati coklat panas itu jika giginya sedang sakit seperti ini.
“ Ah ya, tentu saja. ” Kakek tua itu mengangguk mengerti.
“ Maaf, apakah benar Anda adalah peri gigi? ” tanya Jhoni.
“ Begitulah mereka memanggilku. ” Kakek tua itu melirik si katak, “ Binatang di hutan ini selalu menemuiku untuk meminta bantuan terutama masalah gigi, sejak itulah mereka memanggilku dengan panggilan peri gigi. Binatang yang menyenangkan. Ah, ya kenapa gigimu bisa berlubang? ” Jhoni menggeleng, tidak tahu. Jhoni sendiri bingung kenapa giginya bisa berlubang. Peri gigi meminta Jhoni membuka mulutnya. Kemudian peri gigi mengeluarkan senter kecil dari saku bajunya.
“ Kau suka makan manis-manis? permen misalnya? ” tanya peri gigi. Memandang prihatin lubang besar digigi Jhoni. Jhoni mengangguk.
“ Aku rasa aku tidak perlu memberi resep khusus. ” peri gigi mematikan senter kecilnya. Berjalan ke lemari di dekat pintu. Mengambil sesuatu.
“ Kau hanya perlu ini Jhoni. ” peri gigi menyerahkan benda itu pada Jhoni. Sikat gigi dan pasta gigi.
“ Sekarang, minumlah ini. ” peri gigi menyodorkan segelas air bening kepada Jhoni. Jhoni meminumnya tanpa bicara. Ajaib, rasa sakit giginya hilang. Dan pipinya yang bengkak telah pulih.
“ Kau hanya harus rajin menyikat gigimu Jhoni. Dan mengurangi makan manis-manis. Tidak masalah jika kau suka makan permen dan coklat tapi kau juga harus menjaga kebersihan gigimu. Caranya adalah dengan rajin menyikat gigi. Tiga kali sehari. Mudahkan. ” peri gigi menepuk pundak Jhoni. Tersenyum hangat. Memamerkan deretan gigi tuanya yang putih bersih. Jhoni mengangguk. Sejak saat itu Jhoni berjanji untuk rajin menyikat giginya dan perlahan mengurangi makan permen dan coklat.
Gigi sehat untuk senyum indahmu.

Kudus, 05 Mei 2014

(masuk dalam antologi Dongeng Sebelum Tidur #3 "Pengantar Lelap si Malaikat Kecil" oleh Penerbit Harfeey, Mei 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar